Atraksi barongsai memeriahkan karnaval budaya saat Festival Grebeg Sudiro di kawasan Pasar Gede, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (19/1/2020). Grebeg Sudiro merupakan acara tahunan untuk menyambut Tahun Baru Imlek. (Liputan6.com/Gholib).
Kerlap kerlip hiasan berwarna merah disertai dengan lampion akan menghiasi setiap vihara dan permukiman orang-orang Tionghoa, euforia setelah pandemi Covid-19 memberikan beragam makna dan syarat akan perayaan Imlek tahun ini, salah satunya di kampung Balong, kelurahan Sudiroprajan, kecamatan Jepres, kota Solo.
Imlek sendiri merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa, umumnya diyakini bahwa imlek berasal dari dialek Hokkian yang dalam bahasa Mandarin disebut yin li berarti lunar calendar atau kalender lunar, artinya penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran bulan.
Merujuk pada Surat Keputusan Bersama atau SKB 3 Menteri 2023, Tahun Baru Imlek 2023 jatuh pada tanggal 22 Januari 2023 tepatnya jatuh pada hari Minggu. Namun, setelah perayaan Imlek pemerintah menetapkan tanggal 23 Januari sebagai hari cuti bersama Imlek 2023 sehingga seluruh aktivitas baik sekolah maupun perkantoran akan diliburkan.
"Untuk perayaan Grebeg Sudiro, Dinas Perhubungan kota Solo sudah menyiapkan peta jalur-jalur pengalihan arus kendaraan untuk menghindari kawasan Pasar Gede" ujar Drs. Hari Prihatno Kepala Dinas Perhubungan kota Solo dikutip dari solopos.com.
Rute perayaan Grebeg Sudiro 2023 akan dimulai dari Jalan Jenderal Urip Sumoharjo - Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Mayor Kusmanto - Jalan Kapten Mulyadi - Jalan RE Martadinata - Jalan Cut Nyak Dien - Jalan Ir Juanda - Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, yang kemudian kembali ke Pasar Gede.
Uniknya, kota Solo memiliki kampung Balong yang sering diburu wisatawan untuk melihat kemeriahan perayaan Imlek yakni tradisi Grebeg Sudiro yang paling ditunggu rangkaian acaranya oleh masyarakat. Layaknya upacara adat yang syarat akan makna, nama Grebeg Sudiro berasal dari bahasa Jawa grebeg atau gumrebeg yang berarti riuh atau keramaian, sedangkan Sudiro diambil dari nama kelurahan kampung Balong yang menjadi tempat pertama orang-orang Tionghoa bermukim di kota Solo, sekaligus lokasi diadakannya iring-iringan Grebeg Sudiro.
Awalnya perayaan Grebeg Sudiro bermula dari pengembangan tradisi buk teko. Mengutip dari buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia: The Untold Histories tradisi buk teko yakni berkumpul duduk bersama (kongkow alias jagongan) menikmati teh sebagai bentuk syukur menjelang Imlek yang sudah diselenggarakan sejak zaman Paku Buwono X.
Menariknya, perayaan Grebeg Sudiro menjadi lambang akulturasi antara tradisi Tionghoa dengan suku Jawa. Akhirnya, tradisi ini melebur dalam suasana toleransi.
Sebagai tanda akulturasi, terdapat bentuk gunungan berupa hasil bumi yang berisikan kue keranjang, kudapan yang jadi ciri khas Imlek.
Namun, dalam rangkaiannya bukan hanya kue keranjang. Terdapat pula kudapan lain seperti cakwe, janglut, bakpao, onde-onde, gembukan, keleman, dan lain-lain. Gunungan ini pun akan diarak, setelah itu dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Arak-arakan dalam perayaan Grebeg Sudiro juga semakin meriah dengan hadirnya atraksi barongsai, reog ponorogo, dan kesenian Jawa. Pihak pemerintah pun sudah menyiapkan panggung budaya seni, pentas harmoni, dan pesta kembang api nantinya.
Penulis: Melan Eka Lisnawati


16 Komentar
mau angpao wkwkwkw
BalasHapusWkwk
HapusMangaaatttss
BalasHapusSemangat jugaa Sani
HapusSemangat Melan....
BalasHapusTerima kasih Nizar, semangat jugaaa
HapusSemangat...
BalasHapusTerima kasih Ikhlas, semangat juga mahasiswa UIN
HapusKeren banget penulisannya
BalasHapusWahh.. Alhamdulillah, makasih adik
Hapussemoga bermanfaat dan menginspirasi banyak orang
BalasHapusAmin... terima kasih kak
HapusKreatiff penulisannya
BalasHapusTerima kasih, adik
HapusInformatif bgttt suka deh..
BalasHapusWaw lengkap untuk penulisannya
BalasHapus